Lagi galau dalam hidup, mungkin sedang krisis ini

Galau dalam hidup

Sekarang usia kamu berapa, dibawah 20 tahun, dibawah 30 tahun atau bahkan hampir mendekati usia 40 tahun ?

Pernah ga mengalami merasa hidup ini tidak tahu mau ngapain dan tidak tahu arah tujuan hidup padahal secara usia sudah masuk era dewasa?

Kerap kali kamu merasa semua yang dikerjakan selama ini selalu salah atau merasa belum melakukan hal yang terbaik dalam hidup. Bahkan belum menemukan "jati diri" kamu sesungguhnya, kamu itu siapa dan sebagai apa, sedangkan jika melihat orang lain yang seusiaan kelihatannya sudah enjoy hidupnya.

Apakah wajar jika terjadi hal seperti itu ?

Kamu cemas atas kondisi hidup sekarang, hidup berada dalam ketidakpastian, kemarin A sekarang B tidak tahu besok apakah C atau D.

Kekacauan batin ini kerap kali hinggap apalagi jika kamu sedang berada dalam kondisi sendiri merenung, tapi jika sedang beraktifitas kadang lupa tuh perasaan.

Saya pernah mengalaminya, bahkan saat menulis ini pun berada pada kondisi tersebut.

Quarter Life Crisis

Setelah browsing sana-sini baru ketemu bahwa saya itu sedang ada dalam Quarter Life Crisis. 

Quarter Life Crisis singkatnya adalah masa dimana seseorang mempertanyakan tentang dirinya sendiri dan biasanya menjangkit kepada orang-orang yang berpendidikan karena keidealisannya.

Kenapa berpendidikan ? karena orang yang berpendidikan biasanya banyak mikir, gitu kali ya hehehe.

Fase-fase kehidupan 

Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam Quarter Life Crisis.

Fase 1 : Kamu merasa terjebak dengan pilihan kamu sendiri

Merasa bahwa hidup sekarang ini bukan dari pilihan hidup kamu sendiri, tapi merasa tidak mampu untuk keluar dari zona ini.

Fase 2 : Kamu merasa harus berubah dalam hidup

Pada fase ini mulai ada dorongan kuat untuk berubah dari kondisi yang dialami sekarang. Mulai mau melepaskan dari komitmen yang telah terjadi baik itu komitmen dalam pekerjaan, pendidikan yang sedang ditempuh atau bahkan dalam hubungan dengan seseorang.

Fase 3 : Kamu meninggalkan atas pilihan yang sudah kamu pilih

Dalam fase ini akhirnya harus memilih dengan meninggalkan atas pilihan-pilihan yang sedang dijalani saat ini. Berusaha berubah dengan gaya hidup baru, identitas baru dan bereksperimen dengan banyak kemungkinan lainnya. Dalam tahap ini emosi biasanya tidak stabil dan terjadinya banyak perubahan dalam diri.

Fase 4 : Memulai hidup baru deng sudut pandang yang baru juga

Kali ini mulai termotivasi dengan kondisi dan keadaan hidup baru. Lebih semangat dalam menjalankan hidup, karena sudah memilih satu jalan hidup yang tidak terpengaruh oleh orang lain, lingkungan, keluarga atau bahkan pasangan.

Bisa jadi fase-fase tersebut tidak berurutan, tapi terjadi acak sesuai kondisi seseorang yang mengalaminya. Bahkan bisa saja terjadi pengulangan diantara fase-fase tersebut hingga menemukan jalan hidup sendiri.

Setiap orang memiliki ritme hidup masing-masing, dengan usia yang sama, latar belakang pendidikan yang sama akan ada perbedaan. Yang satu sukses dalam karir tapi belum menikah atau sudah menikah tapi karir biasa saja atau bahkan karir biasa dan belum mempunyai pasangan.

Apa sih pemicu terjadinya Quarter Life Crisis itu ?

Saat menulis ini seketika teringat dengan materi-materi yang pernah dipelajari, merenung seketika dan berusaha memahaminya. Ternyata ....

Yang paling utama penyebab Quarter Life Crisis ini adalah tidak tahu dan tidak paham bahwa kita itu adalah mahluk ciptaan Alloh SWT yang diciptakan dengan tujuan dan fungsi yang telah ditetapkan.

Tujuan dan tugas kita di dunia ini hanya satu yaitu beribadah dengan benar sesuai dengan aturan-aturan-Nya. Dan fungsi kita adalah sebagai hamba yang tidak mempunyai hak perogratif dalam hidup ini, karena semunaya telah ditentukan dan diatur-Nya.

Maksudnya bukan berati kita tidak bisa memilih dalam mengarungi kehidupan ini, kita diberikan pilihan yaitu dua jalan, jalan yang lurus atau jalan yang sesat.

Jadi setiap pilihan yang kita tempuh itu berada dalam rel yang telah ditetapkan, apakah rel-nya sudah sesuai dengan kehendak Sang Kholiq atau rel yang kita lalui sebenarnya menuju tempat yang tidak diridhoi-Nya. Jika berada di rel yang kedua, tinggal pindah rel dan meneruskan jalan hidup kita.

Kayanya perlu pembahasan khusus tentang ini biar lebih mendalam. Saya bukan ahli agama, tapi apa yang saya pelajari dan pahami itu berasal dari para ahli agama.

Dan  pemicu Quarter Life Crisis yang lain menurtut saya yaitu tidak lepas dari peran adanya sosial media.

Dengan adanya sosial media kita mudah mengakses kehidupan pribadi seseorang, bisa melihat kesuksesan-kesuksesan yang dicapai seseorang dari gambar dan video yang diposting. Walaupun bisa jadi keadaan sebenarnya tidak seperti apa yang dilihat.

Kerap kali membandingkan keadaan sekarang dengan orang-orang yang dikenal melalui media sosial. Kadang hayalan menerawang jauh dan berandai andai, jika saja saya ..... bla-bla-bla...

Pemicu selanjutnya yaitu tekanan dari orang sekitar, baik dari orang tua, pasangan, teman, atasan atau siapa pun yang secara sadar atau tidak sadar memicu gejolak dalam diri dengan cara membanding-bandingkan kita dengan orang lain.

Dari ucapan, celetukan atau obrolan yang terdengar walaupun belum tentu itu tentang kita masuk ke alam bawah sadar lalu memicu terjadinya Quarter Life Crisis. Walaupun cuek dan mengabaikannya, lama-kelamaan akan timbul juga masalahnya.

Apa yang harus dilakukan ?

1. Fahami tujuan, fungsi dan tugas sebagai manusia yang diciptakan di bumi ini

Bisa tanya-tanya kepada para pakar dengan cara ikut kajian-kajian yang ada disekitar. Tidak disarankan melalui striming youtub karena bisa menjadi salah persepsi dan tidak bisa bertanya jika tidak mengerti.

2. Stop membandingkan

Jangan bandingkan lagi hidup kita dengan orang lain, kita punya jalan kehidupan sendiri. Kita yang menentukan jalan hidup apa dan bagaimana yang mau di tempuh.

Untuk memotivasi sih sah-sah saja asal jangan sampai kita terpengaruh jelek bahkan jangan sampai iri hati atas pencapaian orang lain. Belum tentu yang dilihat itu sesuai dengan kehidupan sebenarnya.

3. Buat List Goals

Coba buat pencapaian-pencapaian apa yang ingin diraih di kehidupan mendatang. Ditulis itu lebih baik, karena goals akan mudah dicapai jika divisualisasikan salahsatu caranya dengan menuliskannya.

Lebih baik ditulis di sebuah buku khusus jangan di gadget, dengan menulis di buku akan mendapatkan sebuah sensasi tersendiri.

Tulis sebanyak-banyaknya, tapi goalnya itu harus jelas dan realistis, mudah dikerjakan, bisa diperkirakan kapan pencapaiannya serta mudah untuk dievaluasi.

4. Action

Runtutan list goals tadi jangan sampai hanya sebagai sebuah coretan pajangan dalam buku diary atau sebagai tulisan biasa seperti curhatan-curhatan tidak jelas.

Tapi mulailah beraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Buatlah aksi-aksi kecil jika merasa goals itu merupakan sebuah goals besar. Evaluasi hasilnya dan lakukan kembali.

Setelah menulis tulisan di blog ini saya menjadi termotivasi untuk memulai. Bukan berarti belum sukses saja, tapi sudah berani membuat tulisan ini. Bukan maksud menggurui tapi melalui tulisan ini saya teringatkan dan tersemangatkan. Mudah-mudahan sama juga bagi kamu yang membacanya.

Setiap langkah dalam hidup adalah pembelajaran, jadi teruslah melangkah. biar terus belajar. Karena yang memberhentikan untuk belajar hanya kematian.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *